Selasa, 15 Mei 2012

Kisah Singkat Biografi Santo Gabriel “ Pelindung kaum Muda ”


Santo Gabriel Possenti, Pengaku Iman. Semasa kecilnya Gabriel dipanggil dengan nama Fransiskus, mengikuti nama Fransiskus Asisi, pelindung kotanya. Ia adalah anak bungsu seorang gubernur. Ibunya meninggal dunia ketika ia berumur 4 tahun. Teladan hidup ibunya sangat berpengaruh terutama dalam hal devosi kepada Bunda Maria. Sepeninggal ibunya yang terkasih itu, Bunda Maria menjadi tokoh pengganti yang sungguh dicintainya.

Pada umur 7 tahun, Fransiskus kecil telah diperkenankan untuk menerima Komuni Suci. Di sekolahnya ia dikenal sebagai seorang anak yang pintar, lucu dan suka berpakaian rapi. Ia juga menjadi seorang teman yang baik dan setia bagi kawan-kawannya. la selalu siap menolong kawan-kawannya, murah hati dan tidak biasa mengeluh apabila dihukum karena kesalahan teman-temannya. Sebagai siswa di Kolese serikat Yesus, ia tetap unggul dan terus memegang sebutan ‘Sang Juara’ dalam kelasnya. Karena pergaulannya yang ramah dan kelincahannya dalam berolah-raga, ia sangat disukai banyak orang.

Dalam mata pelajaran Kesusastraan, ia sangat pandai, terutama dalam Sastra Latin. la sangat mahir bersyair dalam bahasa Latin. Sebagai seorang penggemar Sastra, ia terkenal sebagai seorang pemain drama yang berbakat. Ketika duduk di kelas terakhir, ia diangkat sebagai Ketua Akademis para Siswa dan menjadi Prefek Kongregasi Maria. Sifatnya yang mengingini kesenangan-kesenangan duniawi masih tetap menonjol dalam praktek hidupnya. la suka membaca buku-buku roman, menonton sandiwara, berburu dan berdansa. Kehidupan rohani kurang diindahkannya.

Namun rencana Tuhan atas dirinya tampak jelas. Tuhan tetap membimbingnya. Pada saat Hari Raya Maria Diangkat ke Surga, 15 Agustus 1855, diadakan perarakan patung Bunda Maria mengelilingi kota Spoleta. Uskup Agung kota Spoleta sendiri membawa patung itu. Ketika itu Fransiskus mendengar suara panggilan Bunda Maria: "Fransiskus, engkau tidak diciptakan untuk dunia ini, tetapi untuk menjalani kehidupan bakti kepada Allah di dalam biara". Fransiskus mendengar suara itu dengan takut. la merenungkan kata-kata Bunda Maria itu dengan hati terharu. Sejak saat itu tumbuhlah keinginannya untuk ma-suk biara. Dia tidak melamar masuk Serikat Yesus, tempat ia bersekolah, tetapi melamar masuk Kongregasi Imam-imam Passionis.

Di dalam Kongregasi Passionis inilah ia mengganti namanya dengan Gabriel. Pada tahun 1856 ia menerima jubah Kongregasi Passionis. Namun kehidupannya di dalam biara ini tidak lama. Ia meninggal dunia pada tahun 1862 di usia 24 tahun, setelah berhasil menempa dirinya menjadi seorang biarawan Passionis sejati. Selama berada dibiara, Gabriel sungguh menunjukkan ke-sungguhan dalam menata hidup rohaninya. Ia benar-benar mencintai Yesus Tersalib dan Bunda Maria yang berduka. Devosi ke-pada Bunda Maria yang telah dilakukannya semenjak kecil terus dilakukannya hingga menjadikan hidupnya suci. Kesuciannya ternyata dari banyak mujizat yang terjadi pada setiap orang yang berdoa dengan perantaraannya. Gabriel menjadi seorang tokoh panutan bagi para kaum muda.

" MISDINAR " Cikal bakal OMK ( Orang Muda Katolik ) serta harapan dan tumpuan Gereja di masa yang akan datang.......


 

Terminologi "Misdinar" berasal  Jerman, "Messdiener" yang berarti PELAYAN KUDUS; atau dalam bahasa Inggris biasa digunakan istilah "altar servers" (Pelayan altar) atau "boys and girls to service at the altar". Lalu, siapa saja yang boleh menjadi Misdinar? Syarat utama ialah mereka (anak-anak) yang sudah menerima baptis dan komuni pertama, dengan usia antara 9 -  18 tahun. **Namun, dalam situasi tertentu, tidak tertutup kemungkinan bagi mereka yang sudah diatas SMA, dan sejak tahun 2001 (pada tahun 2001 Tahta Suci menyampaikan bahwa setiap uskup sebagai promotor liturgi di keuskupannya memiliki wewenang untuk memberikan izin adanya misdinar putri atau putri altar), keanggotaan misdinar juga tidak tertutup bagi putri atau perempuan. Tentu pengecualian ini selalu diletakkan berdasarkan situasi di tempat pastoral. Misalnya, jangan-jangan umat merasa terganggu apabila misdinarnya seorang mahasiswi (putri altar), atau misdinar (putra Altar) malah lebih tinggi dari pastornya, atau anak laki yang memelihara jambang dan rambut gondrong (hingga umat merasa risih dan resah), dst.

01. PELAYAN ALTAR dan PELAYAN MISA
Jadi, Misdinar itu seorang pelayan, yakni pelayan Misa (Perayaan Ekaristi). Dalam prakteknya, misdinar bahkan menjadi pelayan bukan saja dalam Misa tapi juga dalam berbagai perayaan liturgi dan ibadat yang tidak selalu Misa.

02. PELAYAN GEREJA dan PELAYAN TUHAN
Sebagaimana disebutkan, menjadi Misdinar berarti menjadi anak-anak yang melayani altar. Dalam simbolik liturgi Gereja, altar itu melambangkan TUHAN YESUS KRISTUS. Pada saat Misa Kudus, Yesus Kristus hadir secara istimewa di atas altar dalam rupa roti dan anggur. Dan kita terima dalam Komuni suci. Maka, ketika menjadi Misdinar (Putra-putri Altar), sama saja kita menjadi pelayan Yesus Kristus, tepatnya Pelayan Tuhan. Sebagai orang Katolik, tentu kita tahu dan sadar bahwa Liturgi Gereja menuntut partisipasi secara penuh, sadar, dan aktif dari seluruh umatnya. Sebab, Gereja tidak menghendaki adanya one man show . Nah, sebagai misdinar, kita dituntut untuk menjalankan amanat Gereja (terlibat aktif dalam liturgi Gereja) di atas lewat peran kita sebagai Pelayan Altar. Lewat peran itu kita sudah menjadi seorang katolik yang aktif dan ikut berperan dalam berbagai tugas dan tanggungjawab Gereja.

SPIRITUALITAS PELAYANAN MISDINAR
Seorang misdinar hendaknya menyadari bahwa dirinya seorang PELAYAN. Pelayan dalam pengertian ajaran Gereja ialah: "orang yang melayani Tuhan dan umat-Nya", atau "serorang hamba Tuhan yang hidupnya diabadikan seluruhnya bagi sabdaNya dan karyaNya di tengah umat. Konsekuensinya, kalau disebut misdinar, mereka adalah pelayan Tuhan yang hidupnya mesti sesuai dengan Sabda Tuhan dan Sakramen-sakramen yang kita rayakan. Itu berarti seorang misdinar mesti rajin membaca Kitab Suci, suka mengikuti Misa Kudus entah sedang bertugas atau tidak, mengaku dosa dalam penerimaan sakramen tobat, dan pada saatnya menerima Krisma.

Dengan kata lain, seorang Misdinar  hendaknya menyadari “SIAPA DAN APA YANG DILAYANINYA?” Di atas sudah disebut bahwa kita adalah Pelayan Altar, tempat yang melambangkan kehadiran Tuhan Yesus di tengah-tengah kita. Jadi, yang pertama-tama kita layani adalah Tuhan Yesus sendiri. secara lahiriah atau kelihatan, kita melayani seorang Imam atau pastor. Tetapi pertama-tama yang dilihat adalah Yesus Kristus yang dihadirkan dalam Misa Kudus.
 

siapakah yang mengatur perjalanan waktu ? Kenangan masa lalu yang indah, dimana seseorang dapat merasakan :
- Belaian kasih sayang dari orangtuanya
- Teman bermain yang menyenangkan
- Lingkungan yang ramah .
Masa-masa indah yang demikian dapat menggairahkan semangat hidup orang tersebut hingga dihari tuanya. Anak yang sudah mendapatkan pendidikan pengenalan tentang kebesaran Allah ditengah-tengah keluarga, tidak mudah putus asa, ketika diperhadapkan dengan situasi yang sulit. Dengan memiliki iman percaya yang teguh kepada Allah, kebenarannya sudah teruji. Daniel dengan kawan-kawannya, yang selalu tekun berdoa dan berpuasa tercatat "sepuluh kali lebih cerdas" dari semua orang berilmu dan ahli jampi yang ada disekitarnya (Dan 1 .20). Demikian halnya dengan Yesus, yang selalu taat kepada Bapa surgawinya, dan secara teratur mengunjungi Bait Allah, dalam usia 12 tahun kecerdasannya sudah membuat "alim ulama dan orang-orang disekitarnya" sangat heran (Luk 2:47) Menghabiskan masa-muda dengan menikmati apa saja yang diinginkan hatinya akan menyeret orang tersebut kelembah yang dalam yang tidak bisa diselamatkan oleh siapa-pun juga, kecuali "darah Yesus". Itupun jika orang tersebut mau bertobat dan meninggalkan kebiasaan buruk tersebut. Seorang pemuda tidak boleh melihat kehidupan dari segi kenikmatan sesaat saja, sebab masa sukar pasti datang, dan saat seperti itu tidak terelakkan. Ketajaman penglihatan akan semakin surut, begitu juga pendengaran dan nafsu makan, semua itu akan mengalami kemunduran. Sebelum ketidakberdayaan yang demikian menggerogoti masa mudamu, ingatlah kepada Tuhan dan ucapkanlah syukur atas semua kebaikan, pemeliharaan dan semua sarana yang bisa kita nikmati dalam kehidupan ini. Dalam hal ini, ajakan untuk: mengingat Sang Pencipta, kata : 'memento Creatoris’ sangatlah tepat. Sebab apalah arti masa muda, yang sama dengan bunga yang mekar dipagi hari dan layu ketika hari sudah petang, jika tidak mengenal "Sang Pencipta". Sebab hanya bersama Dia, kita mengerti arti kehidupan dan dengan bimbingan Roh-Nya yang kudus kita dimampukan mengucap syukur (dipatau mandok mauliate). Dalam kerinduan untuk mengucap syukur, disitulah kita mengerti, bahwa masa muda itu sangat berarti, dan ucapan syukur kita harum dihadapan Tuhan. Mengenang kebangkitan Yesus Kristus melalui perayaaan paskah, juga merupakan salah satu cara untuk mengingat kebesaran Sang Pencipta melalui karyanya yang agung untuk mempersatukan Allah dan manusia.
Melatih diri dalam mengikuti ibadah secara teratur dan menjalin komunikasi yang baik secara pribadi dengan Allah sangat berguna dalam melewati masa-masa muda menuju kedewasaan hingga masa tua yang penuh tantangan. Saat mana derita dan sakit penyakit mulai mendera setiap orang.. Kesuksesan dan kegagalan datang silih berganti. Susah senang, tawa dan tangis, itulah yang mengisi kehidupan manusia.
Seorang remaja harus membenahi diri sejak dini agar mampu mengerti kehendak Allah dalam perjalanan masa depannya. Mengundang Allah dalam kebersamaan ditengah-tengah keluarga, dan menjalin komunikasi yang baik diantara sesama anggota keluarga, Orangtua memegang peranan penting dalam mendewasakan Iman dan memelihara kesehatan jiwa maupun spiritual anak-anaknya. Demikian juga semua orang dan setiap pribadi harus menerima Yesus Kristus menjadi juru selamatnya.
Ingatlah penciptamu, berarti: selalu ada waktu untuk Tuhan. Ambil bagian dalam pelayanan ditengah-tengah gereja adalah kewajiban setiap umat percaya. Hal itu ditandai dengan ada senyum dihatiku, bukan terpaksa. Syalom ! Selamat melayani.

" Sakramen Krisma " di ruang lingkup Paroki " Hati Kudus Yesus "Rawak

Sakramen, sebagaimana difahami oleh Gereja katolik, adalah tanda yang terlihat, yang dapat ditangkap oleh panca indera, yang dilembagakan oleh Yesus dan dipercayakan kepada Gereja, sebagai sarana yang dengannya rahmat ilahi diindikasikan oleh tanda yang diterimakan, yang membantu pribadi penerimanya untuk berkembang dalam kekudusan, dan berkontribusi kepada pertumbuhan Gereja dalam amal-kasih dan kesaksian.
Meskipun tidak semua pribadi menerima semua sakramen, sakramen-sakramen secara keseluruhan dipandang sebagai sarana penting bagi keselamatan umat beriman, yang menganugerahkan rahmat tertentu dari tiap sakramen tersebut, misalnya dipersatukan dengan Kristus dan Gereja, pengampunan dosa-dosa, atau pun pengkhususan (konsekrasi) untuk suatu pelayanan tertentu.
Gereja Katolik mengajarkan bahwa efek dari suatu sakramen itu ada ex opere operato (oleh kenyataan bahwa sakramen itu dilayankan), tanpa memperhitungkan kekudusan pribadi pelayan yang melayankannya; kurang layaknya kondisi penerima untuk menerima rahmat yang dianugerahkan tersebut dapat menghalangi efektivitas sakramen itu bagi yang bersangkutan; sakramen memerlukan adanya iman, meskipun kata-kata dan elemen-elemen ritualnya, menyuburkan, menguatkan dan memberi ekspresi bagi iman (Kompendium Katekismus Gereja Katolik, 224).
Menjadi saksi Kristus merupakan tugas dan tanggung jawab setiap umat Katolik. Setiap umat Katolik merupakan bagian dari kesatuan komunitas Gerejani dan masyarakat dunia. Seorang Katolik menerima Sakramen Baptis sebagai tanda masuk dalam Umat Allah. Sebagai anggota Umat Allah seseorang beriman berjanji ikut serta melaksanakan rencana penyelamatan Tuhan di tengah dunia. Untuk siap dan mantap dalam perutusannya itu, setiap umat yang telah dibaptis, dapat menerima Sakramen Ekaristi dan Sakramen Krisma sebagai sakramen pelengkap Sakramen Inisiasi.
Dalam bahasa Indonesia Sakramen Krisma disebut Sakramen “Penguatan” dan “Krisma” (penguatan). Dua kata ini saling melengkapi, yaitu “menguatkan dengan mengurapi” atau “pengurapan untuk menguatkan.” Penguatan menyempurnakan rahmat Pembaptisan. Itu adalah Sakramen yang memberi Roh Kudus, supaya mengakarkan kita lebih kuat dalam persekutuan anak-anak Allah, menggabungkan kita lebih erat dengan Kristus, memperkuat hubungan kita dengan Gereja, membuat kita mengambil bagian yang lebih banyak dalam perutusannya, dan membantu kita, supaya memberi kesaksian iman Kristen dengan perkataan dan perbuatan (bdk. KGK 1289 dan 1316).
Dalam upacara resmi Gereja, Sakramen Krisma diberikan oleh Uskup dalam lambang pengurapan dengan minyak di dahi, penumpangan tangan serta diikuti dengan perkataan (forma): “Semoga dimeterai oleh karunia Allah, Roh Kudus” atau rumusan yang lebih sederhana dari ritus Bisantin: “Terimalah tanda karunia Roh Kudus” (KGK 1320). Penerima Sakramen Krisma lalu mengatakan “Amin.”
Simbol minyak (sesuai dengan makna minyak dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat melicinkan, menghangatkan dari situasi dan kondisi dingin, mengawetkan, dan menyembuhkan). Minyak Suci sebagai lambang Roh Kudus. Minyak Suci melambangkan pengurapan Kristus (artinya yang diurapi) dengan Roh Kudus, yang dengan demikian pula menguduskan orang yang diurapi (calon penerima). Roh Kudus menyalurkan daya ilahi kepada orang untuk menyanggupkan “dia’ atau seseorang untuk mengemban tugas sakral tertentu.
Sementara itu, simbol Penumpangan Tangan (memaknai sebagai tindakan untuk memberikan ketenangan, berkat, dukungan dan kekuatan). Penumpangan Tangan ini merupakan tanda berkat, tanda pengudusan oleh Roh Allah, yang oleh karena daya hidup (ilahi) disalurkan kepada manusia (calon penerima).
Jadi, makna minyak suci dan penumpangan tangan adalah sebagai tanda ikut sertanya Allah dalam hidup manusia. Maka, makna minyak suci dan penumpangan tangan adalah pengasosiasian (proses, cara, perbuatan mengasosiasikan) secara religius sebagai peran serta Allah dalam mendampingi dan membimbing manusia, sehingga amanlah manusia dalam menjalankan tugas-tugas yang dipercayakan-Nya.
Di dalam kitab Perjanjian Lama, para nabi memaklumkan, bahwa atas dasar perutusan keselamatanNya, Roh Tuhan akan tinggal di atas Mesias yang dinantikan (Yesaya 61:1-3). Bahwa Roh Kudus turun ke atas Yesus ketika Ia dibaptis oleh Yohanes, adalah suatu tanda bahwa Dia itulah yang akan datang: Dialah Mesias, Putera Allah. Karena Yesus dikandung melalui Roh Kudus, maka seluruh hidup dan perutusan-Nya berlangsung dalam persekutuan sempurna dengan Roh Kudus, yang diberikan kepadaNya dengan “tidak terbatas“ (Yohanes 3:34). Oleh karena rahmat Roh Kudus ini, kehadiran Yesus dan karya-karya semakin nyata di dunia. Yesus menyampaikan kabar baik kepada orang miskin, memberitakan pembebasan bagi orang tawanan, memberikan penglihatan kepada orang buta, membebaskan orang-orang yang tertindas, memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang. Jadi, Yesus datang untuk menyelamatkan, menyembuhkan, dan menguatkan hidup dan jiwa manusia. Dia menjadi Penyelamat bagi semua orang khususnya yang miskin dan menderita. Inilah kehendak Tuhan bagi Yesus (Lukas 4:16-21).
Yesus berulang kali menjanjikan curahan Roh Kudus dan memenuhi janjiNya itu pada hari Paska (Yohanes 20:22) dan Pentekosta (Kis 2:1-4). Setelah Para Rasul menerima Roh Kudus, mereka mulai mewartakan perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah (Kis 2:11). Para Rasul menyampaikan kepada mereka yang baru dibaptis sesuai dengan kehendak Kristus, oleh peletakkan tangan, karunia Roh demi penyempurnaan rahmat Pembaptisan (Kis 8:15-17). Peletakan tangan ini di dalam tradisi Katolik dipandang sebagai awal Sakramen Penguatan, yang melanjutkan rahamat Pentekosta di dalam Gereja atas satu cara tertentu (Paulus VI, Konst. Ap. “Divinae consortium naturae”) KGK 1287-1288)).
Oleh karena Sakramen Krisma adalah tanda dan simbol yang meneguhkan, menguatkan kembali iman seseorang oleh dari Roh Kudus. Maka Roh Kudus mengobarkan semangat yang ada dalam diri manusia dengan harapan menjadi dewasa dalam iman, terlibat aktif dalam kegiatan Gereja dan menjadi saksi Kristus. Jadi sakramen ini layak diterimakan bagi setiap anggota Gerejanya, termasuk remaja. Remaja adalah bagian anggota Gereja dan masyarakat dunia. Remaja menumbuhkan dan mengembangkan dirinya dan sekaligus memiliki tugas dan tanggung jawab juga dalam masyarakat. Remaja yang menerima Sakramen Krisma memiliki tugas pokok untuk menjadi terang dan garam dunia. Karunia Roh dan rahmat Allah melengkapi pendewasaan diri remaja dalam kehidupan kesehariannya.
Kita dipanggil untuk menjadi saksi Kristus, untuk meneruskan karya Tuhan di dunia ini, yaitu seperti: mewartakan Kerajaan Allah, memperhatikan orang miskin dan menderita, menjadi satu tubuh, Tubuh Kristus yang meneruskan karya-Nya, menjadi garam dan terang dunia, menjadi pembawa damai, persatuan, membangun persaudaraan sejati, menjadi aktif di lingkungan, kelompok basis, dll.
Begitu juga halnya di ruang lingkup Paroki Rawak Keuskupan Sanggau di mana pemberian Sakramen Krisma ini merupakan agenda yang dilaksanakan guna memberikan penguatan iman akan kristus bagi umat Paroki Rawak keusukupan Sanggau ini.
Dalam pemberian Sakramen Krisma ka.li ini, paroki Rawak melaksanakan di tiga tempat berbeda yaitu,:
1.  Stasi Dusun Sunsong Desa Biaban Kecamatan Sekadau hulu dilaksanakan pada tanggal 10 Juli 2011.
2. Stasi Dusun Engkorong/Sui.gontin Desa Sungai Sambang Kecamatan Sekadau hulu, dilaksanakan pada tanggal 17 Juli 2011, dan
3.    Stasi Desa Mondi kec. Sekadau hulu, dilaksanakan pada tanggal 24 juli 2011.

Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Uskup Sanggau Mgr. Yulius Menccucini, CP, Pastor Paroki rawak, P. Petrus Divencenco, CP, Pastor Silvanus Ilwan, CP, Katekis, Anggota DPP, dan tentunya teman-teman dari OMK dan Misdinar Paroki



Senin, 14 Mei 2012

"SEJARAH PAROKI RAWAK"

 
Paroki Rawak yang dulunya termasuk dalam wilayah pastoral Paroki Sekadau dengan luas wilayahnya kurang lebih 869, 7 kilometer persegi. Mengingat Paroki Sekadau wilayahnya terlalu luas, umatnya semakin bertambah setiap tahun, sedangkan tenaga imamnya sangatlah kurang, maka pada tahun 1990 pihak keuskupan Sanggau merasa perlu membuka Paroki baru. Bertitik tolak dari rencana dan penetapan pihak keuskupan yang saat itu dipimpin Mgr. Hieronimus Bumbun, OFM Cap, maka resmilah Paroki Rawak terbentuk yakni pada tanggal 1 Januari 1990. Sejak saat itu semua kegiatan pastoral sampai pada urusan administrasi Paroki mulai dipisahkan dari Paroki Sekadau.
Rawak (ibu kota Kecamatan Sekadau Hulu) yang direncanakan sebagai pusat Paroki belum memiliki sarana bangunan fisik seperti pastoran, aula Paroki dan kantor Paroki, yang ada hanya satu buah bangunan gereja yang didirikan pada tahun 1987. Untuk sementara pada tahun itu pastoran dan urusan administrasi Paroki (buku baptis, perkawinan, krisma, dll) masih menumpang pada gedung di Paroki Sekadau (tinggal di Sekadau). Pada tanggal 13 – 14 Oktober 1990 lewat rapat DPP yang saat itu dipimpin oleh pastor Bernardus Matani, CP, juga direstui serta disetujui oleh Uskup, disusunlah suatu rencana pendiri gedung aula Paroki dan lain-lain di Rawak. Saat itu pula pengumpulan biaya sampai pada persiapan pembangunan memakan waktu kurang lebih tujuh bulan yakni Mei 1991 sampai dengan Januari 1992 dan selesai pada tahun 1993.
Seiring dengan sudah dibangunnya sarana bagunan fisik khususnya di Rawak yang dipakai sebagai pusat paroki, maka pada tahun 1998/ 1999 pastoran dan semua urusan paroki yang semula masih numpang pada Paroki Sekadau mulai dipindahkan ke Rawak. Sampai sekarang segala urusan pastoral di pusatkan di Rawak