OMK ( Orang Muda Katolik ) Hati Kudus Yesus
Selasa, 15 Mei 2012
" MISDINAR " Cikal bakal OMK ( Orang Muda Katolik ) serta harapan dan tumpuan Gereja di masa yang akan datang.......
Terminologi
"Misdinar" berasal Jerman, "Messdiener" yang berarti PELAYAN KUDUS;
atau dalam bahasa Inggris biasa digunakan istilah "altar servers"
(Pelayan altar) atau "boys and girls to service at the altar". Lalu,
siapa saja yang boleh menjadi Misdinar? Syarat utama ialah mereka
(anak-anak) yang sudah menerima baptis dan komuni pertama, dengan usia
antara 9 - 18 tahun. **Namun, dalam situasi tertentu, tidak tertutup
kemungkinan bagi mereka yang sudah diatas SMA, dan sejak tahun 2001
(pada tahun 2001 Tahta Suci menyampaikan bahwa setiap uskup sebagai
promotor liturgi di keuskupannya memiliki wewenang untuk memberikan izin
adanya misdinar putri atau putri altar), keanggotaan misdinar juga
tidak tertutup bagi putri atau perempuan. Tentu pengecualian ini selalu
diletakkan berdasarkan situasi di tempat pastoral. Misalnya,
jangan-jangan umat merasa terganggu apabila misdinarnya seorang
mahasiswi (putri altar), atau misdinar (putra Altar) malah lebih tinggi
dari pastornya, atau anak laki yang memelihara jambang dan rambut
gondrong (hingga umat merasa risih dan resah), dst.
01. PELAYAN ALTAR dan PELAYAN MISA
Jadi, Misdinar itu seorang pelayan, yakni pelayan Misa (Perayaan Ekaristi). Dalam prakteknya, misdinar bahkan menjadi pelayan bukan saja dalam Misa tapi juga dalam berbagai perayaan liturgi dan ibadat yang tidak selalu Misa.
02. PELAYAN GEREJA dan PELAYAN TUHAN
Sebagaimana disebutkan, menjadi Misdinar berarti menjadi anak-anak yang melayani altar. Dalam simbolik liturgi Gereja, altar itu melambangkan TUHAN YESUS KRISTUS. Pada saat Misa Kudus, Yesus Kristus hadir secara istimewa di atas altar dalam rupa roti dan anggur. Dan kita terima dalam Komuni suci. Maka, ketika menjadi Misdinar (Putra-putri Altar), sama saja kita menjadi pelayan Yesus Kristus, tepatnya Pelayan Tuhan. Sebagai orang Katolik, tentu kita tahu dan sadar bahwa Liturgi Gereja menuntut partisipasi secara penuh, sadar, dan aktif dari seluruh umatnya. Sebab, Gereja tidak menghendaki adanya one man show . Nah, sebagai misdinar, kita dituntut untuk menjalankan amanat Gereja (terlibat aktif dalam liturgi Gereja) di atas lewat peran kita sebagai Pelayan Altar. Lewat peran itu kita sudah menjadi seorang katolik yang aktif dan ikut berperan dalam berbagai tugas dan tanggungjawab Gereja.
SPIRITUALITAS PELAYANAN MISDINAR
Seorang misdinar hendaknya menyadari bahwa dirinya seorang PELAYAN. Pelayan dalam pengertian ajaran Gereja ialah: "orang yang melayani Tuhan dan umat-Nya", atau "serorang hamba Tuhan yang hidupnya diabadikan seluruhnya bagi sabdaNya dan karyaNya di tengah umat. Konsekuensinya, kalau disebut misdinar, mereka adalah pelayan Tuhan yang hidupnya mesti sesuai dengan Sabda Tuhan dan Sakramen-sakramen yang kita rayakan. Itu berarti seorang misdinar mesti rajin membaca Kitab Suci, suka mengikuti Misa Kudus entah sedang bertugas atau tidak, mengaku dosa dalam penerimaan sakramen tobat, dan pada saatnya menerima Krisma.
Dengan kata lain, seorang Misdinar hendaknya menyadari “SIAPA DAN APA YANG DILAYANINYA?” Di atas sudah disebut bahwa kita adalah Pelayan Altar, tempat yang melambangkan kehadiran Tuhan Yesus di tengah-tengah kita. Jadi, yang pertama-tama kita layani adalah Tuhan Yesus sendiri. secara lahiriah atau kelihatan, kita melayani seorang Imam atau pastor. Tetapi pertama-tama yang dilihat adalah Yesus Kristus yang dihadirkan dalam Misa Kudus.
01. PELAYAN ALTAR dan PELAYAN MISA
Jadi, Misdinar itu seorang pelayan, yakni pelayan Misa (Perayaan Ekaristi). Dalam prakteknya, misdinar bahkan menjadi pelayan bukan saja dalam Misa tapi juga dalam berbagai perayaan liturgi dan ibadat yang tidak selalu Misa.
02. PELAYAN GEREJA dan PELAYAN TUHAN
Sebagaimana disebutkan, menjadi Misdinar berarti menjadi anak-anak yang melayani altar. Dalam simbolik liturgi Gereja, altar itu melambangkan TUHAN YESUS KRISTUS. Pada saat Misa Kudus, Yesus Kristus hadir secara istimewa di atas altar dalam rupa roti dan anggur. Dan kita terima dalam Komuni suci. Maka, ketika menjadi Misdinar (Putra-putri Altar), sama saja kita menjadi pelayan Yesus Kristus, tepatnya Pelayan Tuhan. Sebagai orang Katolik, tentu kita tahu dan sadar bahwa Liturgi Gereja menuntut partisipasi secara penuh, sadar, dan aktif dari seluruh umatnya. Sebab, Gereja tidak menghendaki adanya one man show . Nah, sebagai misdinar, kita dituntut untuk menjalankan amanat Gereja (terlibat aktif dalam liturgi Gereja) di atas lewat peran kita sebagai Pelayan Altar. Lewat peran itu kita sudah menjadi seorang katolik yang aktif dan ikut berperan dalam berbagai tugas dan tanggungjawab Gereja.
SPIRITUALITAS PELAYANAN MISDINAR
Seorang misdinar hendaknya menyadari bahwa dirinya seorang PELAYAN. Pelayan dalam pengertian ajaran Gereja ialah: "orang yang melayani Tuhan dan umat-Nya", atau "serorang hamba Tuhan yang hidupnya diabadikan seluruhnya bagi sabdaNya dan karyaNya di tengah umat. Konsekuensinya, kalau disebut misdinar, mereka adalah pelayan Tuhan yang hidupnya mesti sesuai dengan Sabda Tuhan dan Sakramen-sakramen yang kita rayakan. Itu berarti seorang misdinar mesti rajin membaca Kitab Suci, suka mengikuti Misa Kudus entah sedang bertugas atau tidak, mengaku dosa dalam penerimaan sakramen tobat, dan pada saatnya menerima Krisma.
Dengan kata lain, seorang Misdinar hendaknya menyadari “SIAPA DAN APA YANG DILAYANINYA?” Di atas sudah disebut bahwa kita adalah Pelayan Altar, tempat yang melambangkan kehadiran Tuhan Yesus di tengah-tengah kita. Jadi, yang pertama-tama kita layani adalah Tuhan Yesus sendiri. secara lahiriah atau kelihatan, kita melayani seorang Imam atau pastor. Tetapi pertama-tama yang dilihat adalah Yesus Kristus yang dihadirkan dalam Misa Kudus.
siapakah yang mengatur perjalanan waktu ? Kenangan masa lalu yang indah, dimana seseorang dapat merasakan :
- Belaian kasih sayang dari orangtuanya
- Teman bermain yang menyenangkan
- Lingkungan yang ramah .
Masa-masa indah yang demikian dapat menggairahkan semangat hidup orang tersebut hingga dihari tuanya. Anak yang sudah mendapatkan pendidikan pengenalan tentang kebesaran Allah ditengah-tengah keluarga, tidak mudah putus asa, ketika diperhadapkan dengan situasi yang sulit. Dengan memiliki iman percaya yang teguh kepada Allah, kebenarannya sudah teruji. Daniel dengan kawan-kawannya, yang selalu tekun berdoa dan berpuasa tercatat "sepuluh kali lebih cerdas" dari semua orang berilmu dan ahli jampi yang ada disekitarnya (Dan 1 .20). Demikian halnya dengan Yesus, yang selalu taat kepada Bapa surgawinya, dan secara teratur mengunjungi Bait Allah, dalam usia 12 tahun kecerdasannya sudah membuat "alim ulama dan orang-orang disekitarnya" sangat heran (Luk 2:47) Menghabiskan masa-muda dengan menikmati apa saja yang diinginkan hatinya akan menyeret orang tersebut kelembah yang dalam yang tidak bisa diselamatkan oleh siapa-pun juga, kecuali "darah Yesus". Itupun jika orang tersebut mau bertobat dan meninggalkan kebiasaan buruk tersebut. Seorang pemuda tidak boleh melihat kehidupan dari segi kenikmatan sesaat saja, sebab masa sukar pasti datang, dan saat seperti itu tidak terelakkan. Ketajaman penglihatan akan semakin surut, begitu juga pendengaran dan nafsu makan, semua itu akan mengalami kemunduran. Sebelum ketidakberdayaan yang demikian menggerogoti masa mudamu, ingatlah kepada Tuhan dan ucapkanlah syukur atas semua kebaikan, pemeliharaan dan semua sarana yang bisa kita nikmati dalam kehidupan ini. Dalam hal ini, ajakan untuk: mengingat Sang Pencipta, kata : 'memento Creatoris’ sangatlah tepat. Sebab apalah arti masa muda, yang sama dengan bunga yang mekar dipagi hari dan layu ketika hari sudah petang, jika tidak mengenal "Sang Pencipta". Sebab hanya bersama Dia, kita mengerti arti kehidupan dan dengan bimbingan Roh-Nya yang kudus kita dimampukan mengucap syukur (dipatau mandok mauliate). Dalam kerinduan untuk mengucap syukur, disitulah kita mengerti, bahwa masa muda itu sangat berarti, dan ucapan syukur kita harum dihadapan Tuhan. Mengenang kebangkitan Yesus Kristus melalui perayaaan paskah, juga merupakan salah satu cara untuk mengingat kebesaran Sang Pencipta melalui karyanya yang agung untuk mempersatukan Allah dan manusia.
Melatih diri dalam mengikuti ibadah secara teratur dan menjalin komunikasi yang baik secara pribadi dengan Allah sangat berguna dalam melewati masa-masa muda menuju kedewasaan hingga masa tua yang penuh tantangan. Saat mana derita dan sakit penyakit mulai mendera setiap orang.. Kesuksesan dan kegagalan datang silih berganti. Susah senang, tawa dan tangis, itulah yang mengisi kehidupan manusia.
Seorang remaja harus membenahi diri sejak dini agar mampu mengerti kehendak Allah dalam perjalanan masa depannya. Mengundang Allah dalam kebersamaan ditengah-tengah keluarga, dan menjalin komunikasi yang baik diantara sesama anggota keluarga, Orangtua memegang peranan penting dalam mendewasakan Iman dan memelihara kesehatan jiwa maupun spiritual anak-anaknya. Demikian juga semua orang dan setiap pribadi harus menerima Yesus Kristus menjadi juru selamatnya.
Ingatlah penciptamu, berarti: selalu ada waktu untuk Tuhan. Ambil bagian dalam pelayanan ditengah-tengah gereja adalah kewajiban setiap umat percaya. Hal itu ditandai dengan ada senyum dihatiku, bukan terpaksa. Syalom ! Selamat melayani.
- Belaian kasih sayang dari orangtuanya
- Teman bermain yang menyenangkan
- Lingkungan yang ramah .
Masa-masa indah yang demikian dapat menggairahkan semangat hidup orang tersebut hingga dihari tuanya. Anak yang sudah mendapatkan pendidikan pengenalan tentang kebesaran Allah ditengah-tengah keluarga, tidak mudah putus asa, ketika diperhadapkan dengan situasi yang sulit. Dengan memiliki iman percaya yang teguh kepada Allah, kebenarannya sudah teruji. Daniel dengan kawan-kawannya, yang selalu tekun berdoa dan berpuasa tercatat "sepuluh kali lebih cerdas" dari semua orang berilmu dan ahli jampi yang ada disekitarnya (Dan 1 .20). Demikian halnya dengan Yesus, yang selalu taat kepada Bapa surgawinya, dan secara teratur mengunjungi Bait Allah, dalam usia 12 tahun kecerdasannya sudah membuat "alim ulama dan orang-orang disekitarnya" sangat heran (Luk 2:47) Menghabiskan masa-muda dengan menikmati apa saja yang diinginkan hatinya akan menyeret orang tersebut kelembah yang dalam yang tidak bisa diselamatkan oleh siapa-pun juga, kecuali "darah Yesus". Itupun jika orang tersebut mau bertobat dan meninggalkan kebiasaan buruk tersebut. Seorang pemuda tidak boleh melihat kehidupan dari segi kenikmatan sesaat saja, sebab masa sukar pasti datang, dan saat seperti itu tidak terelakkan. Ketajaman penglihatan akan semakin surut, begitu juga pendengaran dan nafsu makan, semua itu akan mengalami kemunduran. Sebelum ketidakberdayaan yang demikian menggerogoti masa mudamu, ingatlah kepada Tuhan dan ucapkanlah syukur atas semua kebaikan, pemeliharaan dan semua sarana yang bisa kita nikmati dalam kehidupan ini. Dalam hal ini, ajakan untuk: mengingat Sang Pencipta, kata : 'memento Creatoris’ sangatlah tepat. Sebab apalah arti masa muda, yang sama dengan bunga yang mekar dipagi hari dan layu ketika hari sudah petang, jika tidak mengenal "Sang Pencipta". Sebab hanya bersama Dia, kita mengerti arti kehidupan dan dengan bimbingan Roh-Nya yang kudus kita dimampukan mengucap syukur (dipatau mandok mauliate). Dalam kerinduan untuk mengucap syukur, disitulah kita mengerti, bahwa masa muda itu sangat berarti, dan ucapan syukur kita harum dihadapan Tuhan. Mengenang kebangkitan Yesus Kristus melalui perayaaan paskah, juga merupakan salah satu cara untuk mengingat kebesaran Sang Pencipta melalui karyanya yang agung untuk mempersatukan Allah dan manusia.
Melatih diri dalam mengikuti ibadah secara teratur dan menjalin komunikasi yang baik secara pribadi dengan Allah sangat berguna dalam melewati masa-masa muda menuju kedewasaan hingga masa tua yang penuh tantangan. Saat mana derita dan sakit penyakit mulai mendera setiap orang.. Kesuksesan dan kegagalan datang silih berganti. Susah senang, tawa dan tangis, itulah yang mengisi kehidupan manusia.
Seorang remaja harus membenahi diri sejak dini agar mampu mengerti kehendak Allah dalam perjalanan masa depannya. Mengundang Allah dalam kebersamaan ditengah-tengah keluarga, dan menjalin komunikasi yang baik diantara sesama anggota keluarga, Orangtua memegang peranan penting dalam mendewasakan Iman dan memelihara kesehatan jiwa maupun spiritual anak-anaknya. Demikian juga semua orang dan setiap pribadi harus menerima Yesus Kristus menjadi juru selamatnya.
Ingatlah penciptamu, berarti: selalu ada waktu untuk Tuhan. Ambil bagian dalam pelayanan ditengah-tengah gereja adalah kewajiban setiap umat percaya. Hal itu ditandai dengan ada senyum dihatiku, bukan terpaksa. Syalom ! Selamat melayani.
" Sakramen Krisma " di ruang lingkup Paroki " Hati Kudus Yesus "Rawak
Sakramen, sebagaimana difahami oleh Gereja katolik, adalah tanda yang terlihat, yang dapat ditangkap oleh panca indera, yang dilembagakan oleh Yesus
dan dipercayakan kepada Gereja, sebagai sarana yang dengannya rahmat
ilahi diindikasikan oleh tanda yang diterimakan, yang membantu pribadi
penerimanya untuk berkembang dalam kekudusan, dan berkontribusi kepada
pertumbuhan Gereja dalam amal-kasih dan kesaksian.
Meskipun
tidak semua pribadi menerima semua sakramen, sakramen-sakramen secara
keseluruhan dipandang sebagai sarana penting bagi keselamatan umat
beriman, yang menganugerahkan rahmat tertentu dari tiap sakramen
tersebut, misalnya dipersatukan dengan Kristus dan Gereja, pengampunan
dosa-dosa, atau pun pengkhususan (konsekrasi) untuk suatu pelayanan
tertentu.
Gereja Katolik mengajarkan bahwa efek dari suatu sakramen itu ada ex opere operato
(oleh kenyataan bahwa sakramen itu dilayankan), tanpa memperhitungkan
kekudusan pribadi pelayan yang melayankannya; kurang layaknya kondisi
penerima untuk menerima rahmat yang dianugerahkan tersebut dapat
menghalangi efektivitas sakramen itu bagi yang bersangkutan; sakramen
memerlukan adanya iman, meskipun kata-kata dan elemen-elemen ritualnya,
menyuburkan, menguatkan dan memberi ekspresi bagi iman (Kompendium
Katekismus Gereja Katolik, 224).
Menjadi
saksi Kristus merupakan tugas dan tanggung jawab setiap umat Katolik.
Setiap umat Katolik merupakan bagian dari kesatuan komunitas Gerejani
dan masyarakat dunia. Seorang Katolik menerima Sakramen Baptis sebagai
tanda masuk dalam Umat Allah. Sebagai anggota Umat Allah seseorang
beriman berjanji ikut serta melaksanakan rencana penyelamatan Tuhan di
tengah dunia. Untuk siap dan mantap dalam perutusannya itu, setiap umat
yang telah dibaptis, dapat menerima Sakramen Ekaristi dan Sakramen
Krisma sebagai sakramen pelengkap Sakramen Inisiasi.
Dalam
bahasa Indonesia Sakramen Krisma disebut Sakramen “Penguatan” dan
“Krisma” (penguatan). Dua kata ini saling melengkapi, yaitu “menguatkan
dengan mengurapi” atau “pengurapan untuk menguatkan.” Penguatan
menyempurnakan rahmat Pembaptisan. Itu adalah Sakramen yang memberi Roh
Kudus, supaya mengakarkan kita lebih kuat dalam persekutuan anak-anak
Allah, menggabungkan kita lebih erat dengan Kristus, memperkuat hubungan
kita dengan Gereja, membuat kita mengambil bagian yang lebih banyak
dalam perutusannya, dan membantu kita, supaya memberi kesaksian iman
Kristen dengan perkataan dan perbuatan (bdk. KGK 1289 dan 1316).
Dalam
upacara resmi Gereja, Sakramen Krisma diberikan oleh Uskup dalam
lambang pengurapan dengan minyak di dahi, penumpangan tangan serta
diikuti dengan perkataan (forma): “Semoga dimeterai oleh karunia Allah, Roh Kudus” atau rumusan yang lebih sederhana dari ritus Bisantin: “Terimalah tanda karunia Roh Kudus” (KGK 1320). Penerima Sakramen Krisma lalu mengatakan “Amin.”
Simbol
minyak (sesuai dengan makna minyak dalam kehidupan sehari-hari yang
bersifat melicinkan, menghangatkan dari situasi dan kondisi dingin,
mengawetkan, dan menyembuhkan). Minyak Suci sebagai lambang Roh Kudus.
Minyak Suci melambangkan pengurapan Kristus (artinya yang diurapi)
dengan Roh Kudus, yang dengan demikian pula menguduskan orang yang
diurapi (calon penerima). Roh Kudus menyalurkan daya ilahi kepada orang
untuk menyanggupkan “dia’ atau seseorang untuk mengemban tugas sakral
tertentu.
Sementara
itu, simbol Penumpangan Tangan (memaknai sebagai tindakan untuk
memberikan ketenangan, berkat, dukungan dan kekuatan). Penumpangan
Tangan ini merupakan tanda berkat, tanda pengudusan oleh Roh Allah, yang
oleh karena daya hidup (ilahi) disalurkan kepada manusia (calon
penerima).
Jadi,
makna minyak suci dan penumpangan tangan adalah sebagai tanda ikut
sertanya Allah dalam hidup manusia. Maka, makna minyak suci dan
penumpangan tangan adalah pengasosiasian (proses, cara, perbuatan mengasosiasikan)
secara religius sebagai peran serta Allah dalam mendampingi dan
membimbing manusia, sehingga amanlah manusia dalam menjalankan
tugas-tugas yang dipercayakan-Nya.
Di
dalam kitab Perjanjian Lama, para nabi memaklumkan, bahwa atas dasar
perutusan keselamatanNya, Roh Tuhan akan tinggal di atas Mesias yang
dinantikan (Yesaya 61:1-3). Bahwa Roh Kudus turun ke atas Yesus ketika
Ia dibaptis oleh Yohanes, adalah suatu tanda bahwa Dia itulah yang akan
datang: Dialah Mesias, Putera Allah. Karena Yesus dikandung melalui Roh
Kudus, maka seluruh hidup dan perutusan-Nya berlangsung dalam
persekutuan sempurna dengan Roh Kudus, yang diberikan kepadaNya dengan
“tidak terbatas“ (Yohanes 3:34). Oleh karena rahmat Roh Kudus ini,
kehadiran Yesus dan karya-karya semakin nyata di dunia. Yesus
menyampaikan kabar baik kepada orang miskin, memberitakan pembebasan
bagi orang tawanan, memberikan penglihatan kepada orang buta,
membebaskan orang-orang yang tertindas, memberitakan tahun rahmat Tuhan
telah datang. Jadi, Yesus datang untuk menyelamatkan, menyembuhkan, dan
menguatkan hidup dan jiwa manusia. Dia menjadi Penyelamat bagi semua
orang khususnya yang miskin dan menderita. Inilah kehendak Tuhan bagi
Yesus (Lukas 4:16-21).
Yesus
berulang kali menjanjikan curahan Roh Kudus dan memenuhi janjiNya itu
pada hari Paska (Yohanes 20:22) dan Pentekosta (Kis 2:1-4). Setelah Para
Rasul menerima Roh Kudus, mereka mulai mewartakan perbuatan-perbuatan
besar yang dilakukan Allah (Kis 2:11). Para Rasul menyampaikan kepada
mereka yang baru dibaptis sesuai dengan kehendak Kristus, oleh
peletakkan tangan, karunia Roh demi penyempurnaan rahmat Pembaptisan
(Kis 8:15-17). Peletakan tangan ini di dalam tradisi Katolik dipandang
sebagai awal Sakramen Penguatan, yang melanjutkan rahamat Pentekosta di
dalam Gereja atas satu cara tertentu (Paulus VI, Konst. Ap. “Divinae
consortium naturae”) KGK 1287-1288)).
Oleh
karena Sakramen Krisma adalah tanda dan simbol yang meneguhkan,
menguatkan kembali iman seseorang oleh dari Roh Kudus. Maka Roh Kudus
mengobarkan semangat yang ada dalam diri manusia dengan harapan menjadi
dewasa dalam iman, terlibat aktif dalam kegiatan Gereja dan menjadi
saksi Kristus. Jadi sakramen ini layak diterimakan bagi setiap anggota
Gerejanya, termasuk remaja. Remaja adalah bagian anggota Gereja dan
masyarakat dunia. Remaja menumbuhkan dan mengembangkan dirinya dan
sekaligus memiliki tugas dan tanggung jawab juga dalam masyarakat.
Remaja yang menerima Sakramen Krisma memiliki tugas pokok untuk menjadi
terang dan garam dunia. Karunia Roh dan rahmat Allah melengkapi
pendewasaan diri remaja dalam kehidupan kesehariannya.
Kita
dipanggil untuk menjadi saksi Kristus, untuk meneruskan karya Tuhan di
dunia ini, yaitu seperti: mewartakan Kerajaan Allah, memperhatikan orang
miskin dan menderita, menjadi satu tubuh, Tubuh Kristus yang meneruskan
karya-Nya, menjadi garam dan terang dunia, menjadi pembawa damai,
persatuan, membangun persaudaraan sejati, menjadi aktif di lingkungan,
kelompok basis, dll.
Begitu
juga halnya di ruang lingkup Paroki Rawak Keuskupan Sanggau di mana
pemberian Sakramen Krisma ini merupakan agenda yang dilaksanakan guna
memberikan penguatan iman akan kristus bagi umat Paroki Rawak keusukupan
Sanggau ini.
Dalam pemberian Sakramen Krisma ka.li ini, paroki Rawak melaksanakan di tiga tempat berbeda yaitu,:
1. Stasi Dusun Sunsong Desa Biaban Kecamatan Sekadau hulu dilaksanakan pada tanggal 10 Juli 2011.
2. Stasi Dusun Engkorong/Sui.gontin Desa Sungai Sambang Kecamatan Sekadau hulu, dilaksanakan pada tanggal 17 Juli 2011, dan
3. Stasi Desa Mondi kec. Sekadau hulu, dilaksanakan pada tanggal 24 juli 2011.
Kegiatan
ini dihadiri langsung oleh Uskup Sanggau Mgr. Yulius Menccucini, CP,
Pastor Paroki rawak, P. Petrus Divencenco, CP, Pastor Silvanus Ilwan,
CP, Katekis, Anggota DPP, dan tentunya teman-teman dari OMK dan Misdinar
Paroki
Senin, 14 Mei 2012
"SEJARAH PAROKI RAWAK"
Paroki
Rawak yang dulunya termasuk dalam wilayah pastoral Paroki Sekadau
dengan luas wilayahnya kurang lebih 869, 7 kilometer persegi. Mengingat
Paroki Sekadau wilayahnya terlalu luas, umatnya semakin bertambah
setiap tahun, sedangkan tenaga imamnya sangatlah kurang, maka pada
tahun 1990 pihak keuskupan Sanggau merasa perlu membuka Paroki baru.
Bertitik tolak dari rencana dan penetapan pihak keuskupan yang saat itu
dipimpin Mgr. Hieronimus Bumbun, OFM Cap, maka resmilah Paroki Rawak
terbentuk yakni pada tanggal 1 Januari 1990. Sejak saat itu semua
kegiatan pastoral sampai pada urusan administrasi Paroki mulai
dipisahkan dari Paroki Sekadau.
Rawak (ibu kota Kecamatan Sekadau Hulu) yang direncanakan sebagai
pusat Paroki belum memiliki sarana bangunan fisik seperti pastoran,
aula Paroki dan kantor Paroki, yang ada hanya satu buah bangunan gereja
yang didirikan pada tahun 1987. Untuk sementara pada tahun itu
pastoran dan urusan administrasi Paroki (buku baptis, perkawinan,
krisma, dll) masih menumpang pada gedung di Paroki Sekadau (tinggal di
Sekadau). Pada tanggal 13 – 14 Oktober 1990 lewat rapat DPP yang saat
itu dipimpin oleh pastor Bernardus Matani, CP, juga direstui serta
disetujui oleh Uskup, disusunlah suatu rencana pendiri gedung aula
Paroki dan lain-lain di Rawak. Saat itu pula pengumpulan biaya sampai
pada persiapan pembangunan memakan waktu kurang lebih tujuh bulan yakni
Mei 1991 sampai dengan Januari 1992 dan selesai pada tahun 1993.
Seiring dengan sudah dibangunnya sarana bagunan fisik khususnya di
Rawak yang dipakai sebagai pusat paroki, maka pada tahun 1998/ 1999
pastoran dan semua urusan paroki yang semula masih numpang pada Paroki
Sekadau mulai dipindahkan ke Rawak. Sampai sekarang segala urusan
pastoral di pusatkan di Rawak
Langganan:
Postingan (Atom)